Beberapa faktor yang membuat pasar saham dan
pasar valuta rupiah melemah adalah sebagai berikut:
1. Ketidakpastian
mengenai perang dagang AS – Tiongkok
Sejumlah investor
saat ini tengah mengamati hasil dari perundingan damai perang dagang yang
terjadi antara AS dan Tiongkok. Pertemuan yang dilakukan oleh pejabat
pemerintahan AS dan Tiongkok di Beijing, Tiongkok pekan ini diharapkan
menghasilkan kesepakatan dagang baru yang memberikan dampak segar di pasar.
cnbcindonesia.com |
Sejatinya
berita tersebut tengah ditunggu oleh pelaku pasar pada Jum’at pekan ini namun
hingga penutup pasar saham hari ini kabar hasil perundingan tersebut tak
kunjung ada sehingga menyebabkan spekulasi pelaku pasar bahwa perundingan
tersebut tidak membuahkan hasil.
2. Penurunan
harga minyak dunia
Harga minyak
dunia sempat melesat naik pada akhir bulan April 2019 kemarin ditutup melemah
seiring dengan sejumlah asumsi akan adanya kelebihan pasokan minyak secara global
hal ini terjadi karena Amerika Serikat memutuskan untuk tidak akan mengeluarkan
kebijakan yang berkaitan keringanan sanksi terhadap Iran. Situasipun semakin
memanas seiring dengan kebijakan Arab Saudi yang akan menigkatkan produksi
minyaknya jika diperlukan untuk mengimbangi pasokan minyak dari Iran.
antaranews.com |
Sedangkan
saat ini persedian minyak mentah AS berada di atas rata-rata untuk lima tahun
terakhir yaitu 470,6 juta barel. Minyak mentah berjangka di AS, West Texas
Intermediate (WTI) untuk Juni, turun sebanyak 1,79 Dollar AS menjadi 61,81 Dollar
AS per barel di New York Mercantile Exchange sedangkan minyak mentah Brent
turun sebanyak 1,43 Dollar AS menjadi 70,75 Dollar AS per barel di London ICE
Futures Exchange.
3. Potensi Suku
Bunga Bank Sentral AS (The FED US) urung dipangkas
Pada tanggal
1 Mei 2019 kemarin Gubernur Bank Sentral AS (The FED US), Jerome Powell mengumumkan
bahwa tingkat suku bunga acuan AS dipertahankan di level 2,25-2,5 persen. Sebelumnya
Powell memastikan bahwa Bank Sentral AS tersebut tidak akan menaikkan tingkat
suku Bunga acuannya di tahun 2019 ini pada Maret 2019 lalu. Namun seiring
dengan membaiknya sejumlah data ekonomi AS membuat pelaku pasar mulai cemas
seiring dengan pernyataan Powell bahwa pada pada tahun ini potensi pemangkasan suku
bunga tidak akan dilakukan. Hal tersebut direspon oleh pelaku pasar bahwa jauh
dari dovish atau kebijakan moneter
longgar.
ekonomi.bisnis.com |
4. Situasi politik
dikarenakan adanya klaim sepihak dari salah satu paslon pasca pilpres 2019.
Pemungutan
suara memang sudah dilakukan pada tanggal 17 April 2019 lalu dan saat ini masih
dalam proses rekapitulasi suara namun kubu dari salah satu paslon secara
sepihak mengklaim menang bersamaan dengan tuduhan adanya kecurangan pada pemilu
tahun ini. Ketidakpuasan salah paslon tersebut menyangkal hasil quick count atau hitung cepat yang
dikeluarkan sejumlah lembaga survei.
tribunnews.com |
Pelaku pasar
beranggapan bahwa ribut proses pemilu akan berdampak pada ketidakstabilan
politik sehingga menyebabkan situasi kemanan terganggu dan proses bisnis tidak
maksimal.
Poin pertama hingga ketiga merupakan faktor
ekternal yang menyebabkan IHSG dan sejumlah Bursa Saham Asia juga berakhir di
zona merah pada hari ini seperti Indeks Straits Times (Singapura) yang melemah 0,03%,
Indeks Kospi (Korea Selatan) jatuh 0,74% dan Indeks Hang Seng (Hong Kong) yang
tutup di zona hijau naik 0,46% sedangkan poin keempat merupakan faktor internal
atau dari dalam negeri.
Referensi:
Gambar:
No comments:
Post a Comment